Search

Budayawan Kukar Tolak Pembongkaran Jembatan Besi Tenggarong

Dosen sekaligus budayawan asal Universitas Kutai Kartanegara, Awang Rifani. (Berita Alternatif/Ulwan Murtadho)

BERITAAKTERNATIF.COM – Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus budayawan asal Universitas Kutai Kartanegara Awang Rifani menolak rencana Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kukar untuk menggusur dan membongkar Jembatan Besi Tenggarong.

Awang menyebut jembatan tersebut menjadi ciri khas Tenggarong serta sarat nilai sejarah, yang sangat disayangkan apabila digusur oleh pemerintah daerah.

Kata dia, jembatan ini merupakan penghubung untuk memelihara memori kolektif antar-generasi karena Jembatan Besi telah dibangun sejak era Belanda.

Advertisements

Jika rencana tersebut diwujudkan, sambungnya, maka akan merusak identitas budaya lokal yang sudah lama menjadi bagian dari sejarah dan kehidupan masyarakat Tenggarong.

Jembatan ini, kata Awang, merupakan salah satu situs peninggalan sejarah yang turun-temurun serta menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup masyarakat Kota Raja.

Dia menyebut bangunan tersebut merupakan bentuk baru dari jembatan berbahan dasar kayu yang direnovasi menjadi jembatan besi pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Parikesit, yang selama lebih dari seratus tahun menjadi penghubung bagi warga Kelurahan Melayu dan Panji.

Apabila dihilangkan atau berubah bentuk lewat prosedur renovasi yang dilakukan pemerintah, lanjut Awang, maka akan memberi dampak buruk pada keberlangsungan situs cagar budaya di Kukar sebagai warisan yang membangkitkan memori masyarakat terhadap daerah mereka.

“Karena yang utama dari situs pariwisata kita kan itu. Menjual sejarah. Karena sejarah itu tidak bisa dibeli. Dia sesuatu yang tidak ternilai,” ucapnya kepada awak media Berita Alternatif pada Selasa (15/4/2025).

Rencana pemerintah lewat Dinas PU Kukar untuk membongkar Jembatan Besi dengan dalih mengganggu lalu lintas perkapalan dinilainya tidak masuk akal.

Saat ini, menurutnya, masyarakat tidak lagi memanfaatkan jalur perairan tersebut lantaran aktivitas distribusi barang lebih dominan mengandalkan truk-truk pengangkut yang melintas di jalur darat.

“Okelah kalau khawatir jembatan ini sudah tua. Khawatir terjadi kecelakaan atau karena sempit takut terjadi kemacetan dan sebagainya. Bangun saja jembatan baru di sampingnya tanpa membongkar yang sudah ada,” sarannya.

Awang mendesak Dinas PU Kukar agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

Ia berharap Dinas PU Kukar mempertimbangkan kebijakan tersebut secara matang, mengingat jembatan itu masih bisa dimanfaatkan warga dan bagian dari sejarah yang menyimpan memori kolektif masyarakat serta menjadi salah satu situs peninggalan bersejarah yang masuk dalam daftar Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).

Dia menegaskan bahwa suatu benda atau situs peninggalan yang masuk dalam kategori ODCB dilarang untuk diganggu-gugat karena dilindungi oleh undang-undang. Situs tersebut justru harus dijaga dan dirawat keotentikannya oleh Dinas PU Kukar.

ODCB, lanjut Awang, dapat ditingkatkan statusnya menjadi Benda Cagar Budaya setelah melalui penelitian dari Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB.

“Kemudian diusulkan untuk dibuatkan SK-nya oleh bupati sebagai benda cagar budaya,” jelasnya.

Dia menyebut Jembatan Besi termasuk kawasan budaya yang tengah diusulkan lewat Peraturan Bupati Kukar. Kawasan itu mencakup titik-titik bersejarah seperti Museum Mulawarman, Kedaton, Masjid Jami, dan Gedung Wanita.

Karena itu, ia berpendapat, jembatan ini mempunyai nilai penting serta tidak bisa dilepaskan dari wajah budaya Tenggarong.

Awang mendorong pemerintah membangun jembatan baru di samping jembatan lama. Hal ini penting dilakukan apabila proyek tersebut ditujukan untuk kepentingan pembangunan dan pembaruan kualitas infrastruktur jembatan sehingga dapat dilalui kendaraan berat.

“Jangan dibongkar. Jadikan jembatan yang ada itu sebagai jembatan memori untuk pejalan kaki, untuk pesepeda, gerobak. Untuk kendaraan berat, jangan lewat situ,” pungkasnya. (*)

Penulis: Ulwan Murtadho

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
Advertisements
INDEKS BERITA