Search

Pertarungan Pengaruh Troika dan Kremlin di Washington, Apakah Pintu Negosiasi dengan Putin Tetap Terbuka?

Para pemimpin Eropa bertemu Donald Trump di Washington. (Mehr News)

BERITAALTERNATIF.COM – Tiga hari setelah pertemuan di Alaska, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tiba di Washington. Apa tujuan dan pesan dari kunjungan ini, dan apakah Donald Trump akan meninjau ulang hubungannya dengan Rusia?

Hanya beberapa hari setelah pertemuan penuh sorotan antara Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska, yang berakhir dengan pernyataan samar tanpa hasil pasti mengenai gencatan senjata atau kesepakatan politik, kini sorotan kembali tertuju ke Washington.

Kali ini, panggung diplomasi Barat menghadirkan sejumlah aktor kunci secara bersamaan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama para pemimpin troika Eropa (Jerman, Prancis, Inggris), Presiden Komisi Eropa, dan Sekjen NATO, pada Senin 18 Agustus bertemu Trump di Gedung Putih.

Pentingnya perjalanan ini tidak hanya terletak pada tingkat tinggi partisipasi para pemimpin Eropa, tetapi juga pada momentum sensitifnya—tepat setelah perundingan Trump–Putin yang tanpa hasil. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan munculnya “perdamaian rapuh” atau bahkan kesepakatan di balik layar terkait wilayah Ukraina. Kehadiran para pemimpin Eropa membawa pesan yang jelas.

Zelensky datang ke Washington ditemani Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Sekjen NATO Mark Rutte. Pesannya terang: Eropa dan NATO tidak ingin nasib perang Ukraina ditentukan tanpa mereka, apalagi hanya lewat pembicaraan bilateral Trump–Putin.

Dengan hadir di Gedung Putih bersama Zelensky, para pemimpin Eropa ingin mengingatkan Trump bahwa setiap kesepakatan damai atau kerangka gencatan senjata tanpa persetujuan Kyiv dan tanpa dukungan trans-Atlantik bersama tidak akan sah.

Selain dukungan bagi Ukraina dan permintaan jaminan keamanan, pembentukan front Eropa yang bersatu juga menjadi pesan lain dari kunjungan ini. Macron menegaskan setelah konferensi video dengan para pemimpin pro-Kyiv: tujuan utama pertemuan Senin ini adalah membentuk front Eropa yang kompak.

Agenda utama delegasi Eropa dan NATO diyakini meliputi:

Pertama, upaya menyusun paket politik mirip Pasal 5 NATO yang menjamin respons kolektif, meskipun Ukraina bukan anggota resmi.

Kedua, penekanan garis merah teritorial: tidak ada bagian wilayah Ukraina yang boleh ditukar dengan perdamaian.

Ketiga, menetapkan bantuan keuangan dan militer yang berkelanjutan bagi Ukraina, yang harus terkait dengan setiap proses diplomatik.

Keempat, mencegah Moskow menafsirkan pertemuan Alaska sebagai lampu hijau untuk menekan lebih jauh di medan perang.

Dengan kombinasi itu, kunjungan ini lebih dari sekadar pertemuan resmi—ia merupakan panggung untuk menunjukkan persatuan Barat sekaligus menahan kemungkinan unilateralitas AS.

Meski kehadiran bersama Zelensky, pemimpin Eropa, dan Sekjen NATO menjadi unjuk kekompakan Barat, perjalanan ini tetap sarat risiko.

Pertama, jaminan keamanan. Gagasan “pseudo-Pasal 5 NATO” bisa menjadi tameng politik bagi Ukraina, tetapi tanpa mekanisme respons kolektif yang jelas, efek pencegahannya bisa lemah.

Kedua, tekanan Rusia. Moskow menegaskan tidak akan kompromi tanpa pengakuan kontrolnya atas wilayah seperti Donetsk dan Luhansk. Eropa berusaha memastikan isu penyerahan wilayah tidak masuk agenda, namun tekanan Rusia dan godaan Trump mencapai kesepakatan cepat bisa menggoyang garis merah ini.

Ketiga, dinamika domestik. Trump menghadapi kritik dalam negeri terkait kebijakan luar negeri dan biaya perang Ukraina, sementara di Eropa para pemimpin ditekan opini publik untuk mengurangi biaya perang.

Ketiga, ekspektasi tinggi. Kehadiran banyak pemimpin tingkat tinggi membuat publik berharap ada hasil konkret. Jika hanya berakhir dengan pernyataan samar, pesan persatuan Barat bisa pudar dan malah menguntungkan Rusia.

Secara keseluruhan, perjalanan ini adalah ujian sulit: mampukah Barat benar-benar kompak dan menghindari interpretasi yang saling bertentangan?

Bagi para pengamat, pertemuan Washington ini adalah upaya strategis membatasi ruang gerak Trump pasca pertemuan Alaska. Meski pertemuan pertama Trump–Putin bernuansa positif dengan pujian dari kedua pihak, ketiadaan hasil nyata membuat Eropa ingin mencoba peruntungan lewat pertemuan kolektif ini.

Namun, sisi lain situasi ini adalah kemungkinan munculnya kesepakatan bilateral tersembunyi antara Trump dan Putin, kemungkinan besar terkait wilayah Ukraina.

Karakter politik Trump yang cenderung mengejar kesepakatan cepat menjadi hambatan utama bagi perubahan besar dalam pendekatannya. Pertemuan Alaska menunjukkan Trump ingin tampil sebagai “arsitek perdamaian”, bahkan jika itu berarti memberi konsesi pada Moskow. Karena itu, kecil kemungkinan ia akan sepenuhnya menyingkirkan Putin atau menghentikan jalur perundingan bilateral.

Meski begitu, kehadiran para pemimpin Eropa di Washington bisa sedikit membatasi perhitungan Trump. Ia mungkin terdorong untuk, setidaknya dalam pernyataan publik, menyesuaikan diri dengan sekutu Eropa dan menegaskan prinsip “keputusan bersama Kyiv”. Tekanan bersama NATO dan Uni Eropa juga bisa membuat Trump menjauh dari proposal terlalu tergesa-gesa seperti gencatan senjata instan atau kompromi wilayah.

Namun, perubahan fundamental tetap tidak mungkin. Trump mencari kesepakatan yang bisa ia klaim sebagai pencapaian pribadi di dalam negeri, sekaligus menjaga hubungan baik dengan Putin. Dengan demikian, kemungkinan hasil pertemuan ini adalah sikap ganda Trump: di depan umum seirama dengan Eropa dan Ukraina, tapi di belakang layar tetap melanjutkan jalur dialog dengan Rusia.

Dengan kata lain, pertemuan Washington bisa memengaruhi gaya dan retorika Trump, tetapi kecil kemungkinan mengubah substansi pendekatannya terhadap Moskow. Masa depan perang Ukraina masih sangat bergantung pada tawar-menawar berikutnya antara Trump dan Putin. (*)

Sumber: Mehr News
Editor: Ufqil Mubin

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

BACA JUGA

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA