Search

Badai Al-Aqsa Runtuhkan Mitos Israel Miliki Tentara yang Tak Terkalahkan

Selama puluhan tahun, Israel telah membangun citra tentang keunggulan militer, penguasaan intelijen, dan kendali mutlak atas segalanya. Operasi Badai Al-Aqsa menghancurkan citra itu hanya dalam satu hari. (Mehr News)

BERITAALTERNATIF.COM – Operasi berani yang dilakukan oleh perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023 dengan nama Badai Al-Aqsa telah menjadi kebangkitan global; sebuah gerakan moral, spiritual, dan politik melawan penjajahan dan ketidakadilan.

Nawaf Takruri, Ketua Dewan Ulama Palestina, dalam wawancara khusus dengan situs berita Ilke pada peringatan dua tahun operasi ini, memberikan analisis mendalam tentang pentingnya titik balik ini, pengaruhnya terhadap rezim pendudukan, dan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Menurutnya, operasi Badai Al-Aqsa telah memperlihatkan wajah asli penjajah dan setelah bertahun-tahun pengabaian serta pengkhianatan, menghidupkan kembali cita-cita Palestina.

Analisis Nawaf Takruri tentang operasi Badai Al-Aqsa dan hasil-hasilnya adalah sebagai berikut:

Hancurkan Mitos

Selama puluhan tahun, Israel membangun citra keunggulan militer, kehebatan intelijen, dan kendali mutlak atas segalanya. Operasi Badai Al-Aqsa menghancurkan citra itu hanya dalam satu hari. Badai ini menghancurkan kekuatan musuh secara permanen. Rezim Israel dipermalukan di depan dunia.

Operasi ini menyingkap hal-hal yang sebelumnya tersembunyi; penghancuran rumah sakit, sekolah, dan masjid; pembantaian anak-anak dan perempuan; serta kemunafikan mereka yang mengaku membela hak asasi manusia.

Semua kejahatan ini kini terlihat oleh dunia. Kemampuan perlawanan untuk menembus wilayah yang dikuasai Israel, merebut pangkalan militer, dan menawan tentara Israel menjadi pukulan psikologis dan strategis terhadap penjajah yang belum pernah terjadi sejak tahun 1948.

Genosida karena Keputusasaan

Setelah operasi ini, rezim Zionis melancarkan serangan besar-besaran terhadap Gaza; kampanye genosida, kelaparan, dan penghancuran yang kini memasuki tahun kedua. Kejahatan ini bukan hasil dari rasa percaya diri, tetapi dari ketakutan dan penghinaan.

Setiap kejahatan yang dilakukan penjajah saat ini adalah usaha untuk mengembalikan sebagian kehormatan yang hilang. Pembunuhan massal mereka adalah tindakan gila. Mereka telah kehilangan kendali atas narasi, kredibilitas militer, dan posisi moral mereka. Mereka membunuh agar terlihat kuat, tetapi setiap bom yang dijatuhkan hanya menunjukkan kelemahan mereka.

Meski jumlah korban sangat besar, lebih dari 67 ribu syahid dan lebih dari 170 ribu terluka, rakyat Gaza tetap teguh. Keluarga-keluarga menanggung kelaparan, pengungsian, dan kehilangan seluruh lingkungan tempat tinggal, tetapi mereka tidak meninggalkan tanah mereka. Kekuatan musuh hanyalah kosong. Keteguhan rakyat kita itulah yang membuat mereka ketakutan.

Guncang Dunia

Operasi Badai Al-Aqsa tidak terbatas di Gaza dan pengaruhnya menyebar ke seluruh benua, menyingkap kemunafikan dan membangkitkan solidaritas. Badai ini menjalar ke seluruh dunia.

Ia memperlihatkan wajah kemanusiaan orang-orang merdeka, mahasiswa, aktivis, dan warga yang turun ke jalan di London, New York, Madrid, dan Jakarta.

Pada saat yang sama, kebohongan demokrasi Barat dari Washington dan Paris hingga Berlin terbongkar; para pemimpin mereka berbicara tentang kebebasan tetapi mendukung genosida.

Sejak Oktober 2023, jutaan orang di seluruh dunia mengikuti demonstrasi besar-besaran untuk mendukung Palestina, sementara beberapa negara seperti Spanyol, Irlandia, dan Afrika Selatan mengambil sikap berani menentang kejahatan rezim Zionis.

Sebaliknya, para pembela hak asasi manusia di Amerika dan Eropa memberi senjata kepada penjajah dan memveto resolusi gencatan senjata di PBB, yang semakin memperdalam kekecewaan dunia terhadap kepemimpinan moral Barat.

Keruntuhan Normalisasi

Sebelum badai, beberapa negara Arab bergegas menormalkan hubungan dengan rezim Zionis. Kini, proyek-proyek itu telah runtuh. Badai ini menutup jalan normalisasi bagi siapa pun yang memiliki kehormatan.

Mereka yang dulu berusaha merangkul penjajah kini malu dan terdiam di depan rakyatnya. Jika normalisasi terus berlanjut, itu berasal dari para pemimpin korup, bukan dari rakyat. Umat Islam telah menyampaikan kata terakhirnya: Palestina tidak untuk dijual.

Dari Maroko hingga Indonesia, kemarahan rakyat menekan pemerintah untuk meninjau kembali hubungan mereka dengan rezim Zionis. Opini publik di dunia Islam kini secara tegas berpihak kepada perlawanan Palestina dan menentang mereka yang bersekutu dengan Tel Aviv atau Washington.

Syarat Keputusan

Rencana terbaru yang diajukan oleh Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, dan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri rezim Zionis, tidak lain hanyalah upaya untuk mengembalikan kekuasaan kolonial.

Ini bukan rencana perdamaian. Ini adalah Sykes-Picot baru yang dirancang untuk menata ulang kawasan di bawah kekuasaan Zionis-Amerika. Tidak ada keputusan tentang Gaza atau Palestina yang bisa diambil tanpa mempertimbangkan para pejuang yang bertempur di medan perang. Negara mana pun yang bertindak sebaliknya berarti berkhianat.

Jika rencana Trump diterima, penjajahan akan menjadi permanen. Pemerintah yang menerimanya akan menghadapi nasib para pengkhianat. Rencana ini tidak menuntut Israel keluar dari Gaza, tetapi sebaliknya, berusaha memaksakan kendali asing atas wilayah itu.

Trump dan Netanyahu ingin membentuk pemerintahan kolonial di bawah pengawasan mereka. Ini bukan perdamaian, melainkan kelanjutan dari penjajahan dengan cara lain.

Perluasan Penjajahan

Rencana perdamaian Trump berarti memperluas penjajahan. Setiap kesepakatan sejati harus mencakup penarikan penuh pasukan Zionis, pembebasan tahanan Palestina, dan pengakuan atas negara Palestina yang merdeka.

Apa yang diusulkan hanyalah jebakan. Ini bukan hanya penjajahan Palestina, tetapi juga penjajahan bagi setiap negara Arab yang menandatanganinya. Pesan dari Gaza jelas: jangan terima kesepakatan ini. Tindakan itu tidak akan mengakhiri pembantaian atau pengungsian, melainkan justru meningkatkannya.

Kebangkitan Moral

Operasi Badai Al-Aqsa melampaui medan perang; ia telah membangkitkan kesadaran moral dunia. Gambar-gambar keteguhan dan iman dari Gaza menginspirasi gerakan di seluruh dunia, membuat aktivis, mahasiswa, dan warga biasa menentang diamnya pemerintah mereka.

Rakyat Gaza dengan penderitaannya telah membangunkan hati nurani dunia. Anak muda di universitas-universitas Barat, orang-orang yang berdemo di jalanan, mereka yang memboikot dan menyuarakan kebenaran; semua itu adalah hasil dari Badai Al-Aqsa.

Operasi ini telah menyatukan berbagai gerakan dalam satu tuntutan untuk keadilan; aliansi anti-perang, aktivis anti-kolonial, dan komunitas beriman yang membangkitkan kembali solidaritas global seperti perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan.

Iman dan Perlawanan

Para penjajah percaya bahwa penghancuran dapat memadamkan semangat kami. Namun setiap rumah yang dihancurkan, setiap anak yang gugur, semakin menguatkan tekad kami.

Penjajahan hanya akan berakhir setelah kebohongannya benar-benar terbongkar. Perlawanan yang berakar pada iman dan keadilan adalah satu-satunya jalan menuju kebebasan.

Para mujahid di Gaza berjuang bukan untuk kekuasaan, tetapi demi kehormatan umat ini. Mereka adalah hati nurani zaman kita. Tidak ada kesepakatan, kekuatan, atau tekanan luar yang bisa membungkam mereka atau menghapus pengorbanan mereka.

Warisan Abadi

Dua tahun setelah operasi Badai Al-Aqsa, perjuangan untuk Palestina telah berkembang dari perlawanan lokal menjadi gerakan Islam yang global. Serangan rudal Yaman terhadap rezim Zionis, bentrokan perbatasan Hizbullah, dan demonstrasi solidaritas dari Jakarta hingga Johannesburg semuanya menjadi bukti meluasnya front perlawanan.

Perjuangan Palestina telah menjadi kompas moral dunia Islam; cita-cita yang menyatukan kaum tertindas dan menyingkap kemunafikan para penindas. Operasi Badai Al-Aqsa bukan sekadar peristiwa militer. Ia adalah kelahiran kembali sebuah cita-cita, kebangkitan sebuah umat, dan awal dari akhir penjajahan yang telah rapuh. (*)

Sumber: Mehr News
Penerjemah: Ali Hadi Assegaf
Editor: Ufqil Mubin

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

BACA JUGA

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA