Search

Di Balik Seragam Putih, Bahaya Nyata jika K3 Diabaikan

Penulis. (Berita Alternatif via penulis opini)

Oleh : Hernani L. S.*

Setiap kali kita melihat petugas kesehatan berpakaian putih, hati kita merasa tenang. Mereka adalah lambang harapan, orang-orang yang selalu ada di depan barisan untuk menjaga kesehatan dan menyelamatkan nyawa. Tapi, di balik pakaian putih itu, ada kenyataan yang pahit yang sering kali tak terlihat. Mereka sendiri juga berisiko. Pertanyaannya, siapa yang menjaga mereka?

Banyak orang menganggap bahwa petugas kesehatan sudah terbiasa menghadapi segala risiko. Padahal, kenyataannya justru berbeda. Lingkungan kerja di tempat layanan kesehatan penuh dengan bahaya, mulai dari risiko tertular penyakit menular, terpapar bahan kimia berbahaya, cedera dari alat medis, kekerasan dari pasien atau keluarga pasien, hingga beban kerja yang terlalu berat, sehingga membuat mereka sangat lelah.

Kondisi seperti ini menjadikan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangatpenting, bukan hanya aturan semata di kertas. Petugas kesehatan menghadapirisiko yang jauh lebih besar dibandingkan profesi lainnya.Misalnya, risiko tertusuk jarum suntik atau kontak dengan cairan tubuh pasien. Tidak jarang terjadi, dan bisa berdampak serius karena bisa menyebarkan penyakit.Selain itu, adarisiko gangguan musculoskeletal (MSDs) akibatberdiriterlalulama, mengangkat pasien, hingga melakukan prosedur berulang.

Banyak perawat mengeluh mengalami sakit punggung, nyeri sendi, atau kelelahan otot. Belum lagi paparan bahan kimia berbahaya dari cairan pembersih, obat tertentu, atau limbah medis yang tidak disimpan dengan benar. Jangan lupa juga ada beban psikologis. Tekanan kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang, serta harapan masyarakat yang besar sering membuat petugas kesehatan stres, lelah, hingga depresi. Kasus kekerasan verbal dan fisik dari pasien atau keluarga pasien terhadap petugas kesehatan juga sering terjadi. Semua ini adalah ancaman nyata yang harus diatasi secara berkelanjutan melalui penerapan K3.

Sayangnya, kesadaran tentang pentingnya K3 di fasilitas pelayanan kesehatan masih sering diabaikan. Banyak orang menganggap K3 hanyalah syarat administratif untuk memenuhi aturan. Padahal, K3 adalah dasar agar para tenaga kesehatan bisa bekerja dengan aman, nyaman, dan tetap produktif. Bayangkan jika tenaga kesehatan terus bekerja dalam kondisi berisiko dan tidak dilindungi dengan baik. Mereka bisa sakit, terluka, atau bahkan harus berhenti bekerja karena terlalu lelah. Tidak hanya mereka yang dirugikan, tetapi juga pasien dan masyarakat secara keseluruhan. Karena ketika tenaga kesehatan tidak bisa bekerja, layanan kesehatan juga akan terganggu. Inilah pentingnya K3 harus benar-benar dipahami oleh semua pihak.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa setiap tahun jutaan tenaga kesehatan di seluruh dunia mengalami cedera atau penyakit akibat kerja. Di Indonesia, survei kesehatan nasional juga menunjukkan adanya kasus penyakit akibat kerja di bidang kesehatan. Angka-angka ini bukan hanya statistik. Di baliknya ada wajah-wajah nyata para tenaga kesehatan yang hidupnya terganggu.

Kita harus menyadari data ini sebagai tanda bahaya.Jika negara dan masyarakat benar-benaringinmeningkatkankualitas layanan kesehatan, maka perhatianterhadap K3 tidak bisa dipersoalkan. Tidak cukup hanya memuji atau menyebut mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Yang dibutuhkan adalah tindakan nyata, yaitu menyediakan perlengkapan K3 yang cukup, pelatihan secara rutin, serta komitmen dari manajemen fasilitas kesehatan untuk melindungi  para pekerja.

Sering kali kita hanya mengira bahwa urusan K3 adalah tanggung jawab rumah sakit atau tenaga kesehatan sendiri. Padahal, kenyataannya lebih luas lagi. Masyarakat juga memiliki peran penting. Misalnya, dengan menghormati aturan dan protokol saat berkunjung ke fasilitas kesehatan, tidak memperlakukan tenaga kesehatan dengan kasar atau emosional, serta mendukung pemerintah agar lebih serius mengawasi penerapan K3.

Kebijakan yang mendukung, anggaran yang cukup, serta pengawasan yang ketat akan sia-sia jika tidak ada kesadaran dari masyarakat. Karena hidup tenaga kesehatan yang aman, sehat berarti hidup kita sendiri yang terjaga. K3 bukan sekadar formalitas, tapi sayangnya kesadaran akan pentingnya K3 di fasilitas pelayanan kesehatan masih sering dianggap remeh. Banyak orang menganggapnya hanya sebagai syarat administratif untuk memenuhi regulasi.

K3 adalah fondasi yang memungkinkan tenaga kesehatan bekerja dengan nyaman dan produktif.Bayangkan jika tenaga kesehatan terus-menerus bekerja dalam kondisi berisiko tinggi tanpa perlindungan yang memadai.Mereka bisa jatuh sakit, mengalamicedera, atau bahkan berhenti bekerja karena kelelahan. Akibatnya, yang dirugikan bukan hanya mereka, tetapi juga pasien dan masyarakat secara umum. Karena ketika tenaga kesehatan tumbang, layanan kesehatan secara keseluruhan juga terganggu. Inilah pentingnya K3 harusbenar-benar dipahami dan dihargai oleh semuapihak.Tidak cukup hanya memberi pujian atau menyebut mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Yang dibutuhkan adalah tindakan nyata, seperti penyediaan sarana K3 yang memadai, pelatihan berkala, serta komitmen dari manajemenfasilitas kesehatan untukbenar-benarmenjaga keselamatan tenaga kerjanya.

Banyak orang berpikir bahwa urusan K3 hanya tanggung jawab rumah sakit atau tenaga kesehatan itu sendiri.Padahal, kenyataannya jauh lebih luas. Masyarakat juga memiliki peran penting. Misalnya, dengan menghormati aturan saat berkunjung ke fasilitas kesehatan, tidak melakukan kekerasan atau tekanan emosional kepada tenaga kesehatan, serta mendorong pemerintah agar lebih serius mengawasi penerapan K3.

Kebijakan yang mendukung, anggaran yang memadai, dan pengawasan yang ketat akan sia-sia jika tidak ada kesadaran kolektif dari masyarakat. Karena menjaga keselamatan tenaga kesehatan sama artinya dengan menjaga keselamatan kita sendiri. Mereka sehat, maka kita pun lebih aman. (*Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Prodi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman)

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

BACA JUGA

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA