Search

Bahaya Obat Expired terhadap Kesehatan

Penulis. (Berita Alternatif via penulis opini)

Oleh: Apt. Ilfa Pratiwi M. Noors*

Obat expired adalah obat yang telah melewati tanggal kedaluwarsa (expiration date) yang tertera di kemasan. Tanggal ini adalah batas waktu terakhir yang dijamin oleh produsen untuk keamanan, efektivitas, dan kualitas obat tersebut. Setelah tanggal itu, kualitas obat tidak lagi dijamin, meskipun belum rusak secara fisik.

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam mengelola obat dengan baik untuk mencegah obat kadaluwarsa di konsumsi pasien adalah tanggung jawab krusial dalam sistem kesehatan. Di unit pelayanan, peran apoteker tentunya sangatlah besar dalam mengelola manajemen obat sehingga obat expired dapat terhindarkan.

Di unit pelayanan Puskesmas Lempake khususnya, sistem pengelolaan obat dilakukan secara berkesinambungan mulai dari audit stok dan expired date tiap bulan hingga melakukan pelabelan untuk obat berdasarkan kategori masa expired.

Berikut penanda kedaluwarsa obat di puskesmas tersebut: label merah 30 hari sebelum expired, label kuning 30-60 hari sebelum expired, dan label hijau 90 hari sebelum expired.

Pengelolaan obat memang tampaknya sepele, namun jika tidak teliti dalam pengelolaannya, dampaknya akan sangat fatal.

Adapun dampak konsumsi obat kadaluwarsa adalah:

Pertama, obat tidak efektif (loss of potency). Obat kehilangan kekuatannya untuk mengobati penyakit. Contoh: antibiotik yang kedaluwarsa tidak lagi membunuh bakteri dengan efisien, bahkan infeksi jadi lebih parah atau resisten.

Kedua, reaksi toksik (reaksi berbahaya). Beberapa obat bisa mengalami dekomposisi kimia setelah kedaluwarsa dan membentuk zat beracun.

Contoh: Aspirin kedaluwarsa dapat terurai menjadi asam salisilat dan asam asetat, yang bisa menyebabkan iritasi lambung atau bahkan kerusakan ginjal.

Ketiga, meningkatkan risiko infeksi (khusus obat steril). Obat tetes mata yang sudah expired dapat terkontaminasi bakteri sehingga otomatis dapat meningkatkan risiko terinfeksi lebih parah.

Keempat, efek samping tak terduga. Obat yang telah terdegradasi dapat memicu alergi, mual, sakit kepala, atau gejala lain yang tidak biasa.

Nah, yang menjadi pekerjaan rumah besar apoteker saat ini adalah bagaimana membangun perilaku sadar obat di masyarakat. Karena dipastikan hampir semua rumah tangga melakukan penyimpanan obat di rumah. Setelah berobat, pasien kerap menyimpan sisa obat dengan harapan di kemudian hari ketika membutuhkan obat tersebut, dapat langsung memanfaatkannya. Alasan ini tidaklah salah. Hanya saja perlu sangat hati-hati dalam pengelolaannya.

Beberapa saran yang bisa kita lakukan bersama adalah simpanlah obat di tempat kering dan sejuk, jauhkan dari sinar matahari langsung; jauhkan obat dari jangkauan anak anak; hindari menyimpan obat sirup di dalam lemari pendingin, dan cek secara berkala obat Anda, pastikan Anda mampu membaca tanggal expired obat dengan benar.

Selain itu, sisihkan obat anda yang expired untuk di buang sesuai ketentuan; jangan pernah menyimpan obat antibiotik Anda. Wajib habiskan dalam satu kali pengobatan; Obat sirup yang sudah dikonsumi hanya dapat bertahan maksimal satu bulan. Tetap pantau jika terjadi perubahan warna ataupun rasa. (*Mahasiswi Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman)

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

BACA JUGA

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA