Search

Warga Alawi Suriah Protes Kejahatan Rezim Al-Julani

Kaum Alawi di Suriah mengalami penderitaan selama bertahun-tahun setelah perang panjang yang dimulai pada tahun 2011. (CNN Indonesia)

BERITAALTERNATIF.COM – Menurut Kantor Berita Mehr, mengutip Al-Mayadeen, Dewan Tertinggi Alawi di Suriah mengumumkan bahwa langkah rezim teroris untuk membentuk komite transisi guna menyelidiki tindakan rezim Suriah sebelumnya tanpa menyelidiki kejahatan terkini para teroris ini terhadap Alawi dan Druze tidak dapat diterima.

Menurut laporan ini, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Komite Hubungan Masyarakat Dewan Alawi Islam di Suriah menyatakan bahwa rezim teroris Al-Julani hanya menyelidiki peristiwa yang terjadi di bawah rezim Bashar al-Assad dan tidak ada hubungannya dengan kejahatan yang dilakukan oleh elemen yang berafiliasi dengannya.

Pernyataan itu menekankan: Keadilan di Suriah tidak dapat dicapai kecuali dengan membentuk komite pencari fakta dan mengadakan pengadilan internasional khusus di negara tersebut serta mengadili mereka yang melakukan kejahatan.

Advertisements

Penderitaan Kaum Alawi

Kaum Alawi—juga dikenal sebagai Alawiyin—merupakan salah satu kelompok minoritas keagamaan di Suriah, yang memiliki kaitan historis, teologis, dan politis yang rumit dengan mayoritas Sunni di negara tersebut.

Dalam konteks konflik Suriah sejak 2011, penderitaan kaum Alawi dapat dilihat dari berbagai dimensi: sosial, politik, dan kemanusiaan.

Kaum Alawi memiliki kepercayaan esoteris dan praktik ibadah yang tidak umum di kalangan Muslim pada umumnya. Mereka banyak ditemukan di wilayah pesisir Suriah seperti Latakia, Tartus, dan beberapa bagian Homs dan Hama.

Naiknya Keluarga Assad: Kaum Alawi menjadi sangat penting dalam struktur politik Suriah setelah Hafez al-Assad (ayah Bashar al-Assad) mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 1970. Sebagai seorang Alawi, Hafez mempromosikan loyalis Alawi ke posisi penting dalam militer dan pemerintahan. Bashar al-Assad melanjutkan kebijakan ini.

Persepsi Publik: Karena dominasi ini, banyak yang menganggap bahwa kaum Alawi diuntungkan oleh rezim Assad, meskipun dalam kenyataannya, banyak orang Alawi biasa yang tidak pernah menikmati kekuasaan tersebut.

Karena banyak kaum Alawi berada dalam struktur militer dan pasukan pro-pemerintah, mereka menjadi bagian besar dari korban perang. Banyak keluarga Alawi kehilangan anak-anak laki-laki mereka yang menjadi tentara.

Wilayah-wilayah Alawi seperti Latakia dan Tartus menjadi lumbung rekrutmen untuk tentara pemerintah.

Banyak kaum Alawi takut bahwa jika rezim Assad jatuh, mereka akan menjadi target balas dendam dari kelompok oposisi atau militan karena dianggap sebagai pendukung utama Assad.

Beberapa kelompok ekstremis seperti ISIS atau Jabhat al-Nusra telah memperlakukan kaum Alawi sebagai “kafir” dan mengancam keberadaan mereka secara fisik.

Wilayah-wilayah Alawi juga terkena dampak kehancuran ekonomi, pemadaman listrik, kekurangan bahan makanan, dan pengungsian. Banyak komunitas Alawi hidup dalam kondisi miskin dan penuh tekanan.

Banyak kaum Alawi merasa bahwa mereka dijadikan “tameng manusia” oleh rezim untuk mempertahankan kekuasaan. Ini menciptakan dilema moral dan politik dalam komunitas mereka sendiri.

Penderitaan kaum Alawi dalam konflik Suriah adalah ironi dari stereotip yang menyatakan bahwa mereka “diuntungkan” oleh kekuasaan Assad. Kenyataannya, meskipun beberapa elit Alawi memang berada di posisi penting, mayoritas kaum Alawi adalah korban dari politik sektarian, perang brutal, dan ketidakstabilan nasional.

Mereka berada dalam posisi yang sangat sulit: dicurigai oleh oposisi, dijadikan alat oleh rezim, dan kehilangan banyak dalam prosesnya. (*)

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
Advertisements
INDEKS BERITA