Search

Laptop di Paha: Nyaman Sesaat, Bahaya Jangka Panjang

Penulis. (Berita Alternatif via penulis opini)

Oleh: I Wayan Mardika

Di era digital, laptop sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari mahasiswa yang mengerjakan tugas, karyawan yang bekerja jarak jauh, hingga pelaku usaha kecil yang mengatur transaksi daring—semuanya mengandalkan laptop sebagai perangkat utama.

Praktis, ringan, dan bisa dibawa ke mana saja, laptop memberi keleluasaan untuk bekerja di berbagai tempat, bahkan di luar meja kerja. Tidak jarang kita melihat orang membuka laptop sambil duduk di sofa, berbaring di tempat tidur, atau meletakkannya langsung di atas paha. Sekilas tampak nyaman dan efisien. Namun, di balik kenyamanan sesaat itu, tersembunyi potensi bahaya jangka panjang yang perlu kita sadari.

Salah satu dampak terbesar dari kebiasaan menaruh laptop di paha adalah gangguan postur tubuh. Ketika laptop diletakkan terlalu rendah, otomatis kepala menunduk untuk menatap layar. Posisi ini menekan leher, bahu, dan punggung. Jika dilakukan terus-menerus, bukan hanya nyeri otot sesaat yang muncul, melainkan juga risiko kelainan postur seperti kifosis (bungkuk) atau lordosis (punggung melengkung berlebihan).

Gangguan ini tidak datang tiba-tiba. Awalnya hanya rasa pegal ringan setelah duduk lama, kemudian berkembang menjadi nyeri kronis yang memengaruhi kualitas hidup. Di dunia kerja, masalah ergonomi bahkan tercatat sebagai salah satu penyebab utama penurunan produktivitas karyawan. Dengan kata lain, kebiasaan kecil seperti meletakkan laptop di paha bisa memberi dampak besar pada kesehatan dan produktivitas jangka panjang.

Selain soal postur, laptop juga menghasilkan panas dari bagian bawahnya. Panas ini bisa mencapai suhu tinggi, apalagi jika ventilasi udara terhalang kain atau selimut ketika laptop diletakkan di paha. Paparan panas berulang dapat menimbulkan kondisi medis yang dikenal sebagai erythema ab igne, atau lebih populer dengan istilah toasted skin syndrome. Kulit mengalami perubahan warna kemerahan hingga kecokelatan karena terpapar panas kronis.

Lebih jauh lagi, pada pria, kebiasaan ini berpotensi mengganggu kesehatan reproduksi. Panas berlebih di area paha bisa memengaruhi produksi sperma, sehingga berisiko menurunkan kesuburan. Ini mungkin terdengar sepele, tetapi penelitian medis menunjukkan adanya hubungan nyata antara suhu panas dan kualitas sperma. Dengan kata lain, kebiasaan sederhana bekerja dengan laptop di paha bukan hanya berdampak pada kulit, melainkan juga kesehatan jangka panjang yang lebih serius.

Kebiasaan menaruh laptop di pangkuan sering kali membuat orang duduk dalam posisi yang sama selama berjam-jam. Kondisi statis ini menghambat sirkulasi darah, terutama di bagian kaki. Akibatnya, muncul rasa kesemutan, kaku, bahkan kram otot. Pada kasus ekstrem, duduk terlalu lama dengan laptop di pangkuan bisa meningkatkan risiko deep vein thrombosis, yaitu pembekuan darah di pembuluh vena dalam. Meski kasus ini jarang, risikonya nyata, terutama bagi mereka yang jarang bergerak atau memiliki faktor risiko lain seperti obesitas.

Aspek lain yang sering dilupakan adalah kesehatan mata. Posisi laptop di paha membuat layar lebih rendah dari pandangan normal, sehingga mata harus menatap ke bawah dengan sudut yang tidak ideal. Hal ini memicu kelelahan mata, sakit kepala, hingga kondisi yang dikenal sebagai computer vision syndrome. Jika tidak dikendalikan, dampaknya bisa mengganggu kenyamanan bekerja sehari-hari.

Apakah ini berarti kita harus berhenti total menggunakan laptop di luar meja kerja? Tidak juga. Kuncinya adalah menerapkan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip yang biasanya kita kenal di dunia industri, sebenarnya relevan pula dalam aktivitas sederhana seperti bekerja dengan laptop.

Beberapa langkah sederhana bisa dilakukan, misalnya:

Pertama, gunakan meja dan kursi ergonomis. Pastikan layar sejajar dengan pandangan mata dan posisi duduk tegak.

Kedua, manfaatkan laptop stand atau alas keras jika harus menggunakan laptop di paha. Ini membantu mengurangi paparan panas langsung ke kulit dan memperbaiki sudut pandang.

Ketiga, atur waktu kerja dengan jeda istirahat. Setiap 30-45 menit, luangkan waktu untuk berdiri, meregangkan otot, atau berjalan sebentar.

Keempat, gunakan keyboard dan mouse eksternal untuk kenyamanan jangka panjang, terutama jika pekerjaan menuntut durasi lama.

Kelima, perhatikan ventilasi laptop agar panas tidak menumpuk dan perangkat lebih awet.

Langkah-langkah kecil ini mungkin terlihat sederhana, tetapi dampaknya besar. Seperti pepatah lama, “mencegah lebih baik daripada mengobati. Biaya membeli laptop stand atau meja kecil tentu jauh lebih murah dibandingkan biaya pengobatan sakit punggung kronis atau terapi akibat gangguan postur.

Manajemen K3 sering kali hanya dipahami sebagai aturan di pabrik, kantor, atau proyek konstruksi. Padahal, esensi K3 adalah menjaga keselamatan dan kesehatan dalam setiap aktivitas kerja, termasuk yang kita lakukan di rumah. Ketika kita mulai sadar bahwa hal kecil seperti posisi laptop dapat memengaruhi kesehatan, sebenarnya kita sedang membangun budaya K3 dalam kehidupan sehari-hari.

Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Nyeri punggung, gangguan kulit, atau masalah mata bukan hanya mengurangi kenyamanan, tetapi juga bisa membatasi produktivitas di masa depan. Dengan kata lain, memilih untuk tidak menaruh laptop di paha bukan sekadar soal kenyamanan, melainkan juga bentuk kepedulian pada diri sendiri.

Laptop di paha memang terasa praktis dan nyaman sesaat. Namun, jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus, risikonya bisa jauh lebih besar daripada manfaat jangka pendek yang dirasakan. Dari gangguan postur, paparan panas, hingga sirkulasi darah yang terganggu, semua menjadi peringatan bahwa tubuh kita butuh perhatian lebih.

Di tengah kesibukan dan tuntutan produktivitas, jangan lupakan prinsip dasar K3: keselamatan dan kesehatan adalah prioritas utama. Karena pada akhirnya, laptop bisa diganti jika rusak, tetapi kesehatan tubuh tidak semudah itu diperbaiki. (*Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman)

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

BACA JUGA

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA